Cegah Stroke Dengan Perilaku Hidup Sehat

Berbicara tentang Stroke mengingat saya akan beberapa waktu yang lalu, di mana saya harus merawat keluarga dan orang terdekat karena terserah penyakit tersebut.


Yang masih merekat erat dalam ingatanku adalah saat Stroke menyerang mantan suamiku, dulu waktu sakit masih statusnya masih suami loh.🤭

Kejadiannya sangat cepat dan tanpa gejala. Waktu itu ketika dia bangun pagi dan berjalan ke arah kamar mandi, tak seperti biasanya dia menubruk palang pintu, lalu tersandung keset.

Saat saya tanya dia tidak menjawab, sekilas saya sempat melihat bibirnya sedikit miring. Sudah ada perasaan curiga kalau ada yang beres dengan kondisi kesehatannya, maklumlah dia kan memiliki penyakit darah tinggi.

Dan kecurigaan saya makin menjadi ketika berulang kali terdengar suara gayung jatoh. Tanpa pikir panjang, saya mendorong pintu kamar mandi yang untungnya tidak terkunci. Di dalam kamar mandi dia hanya berdiri seperti orang linglung dan makin terlihat jelas kalau bibirnya memang sudah miring.

Dia terlihat kesal karena tangan kanannya sulit untuk digerakkan, kayanya jadi berat gitu. Sampai untuk memegang gayung pun sangat kesulitan. Sempat juga bertanya kenapa dan ada apa dengan kondisinya. Saya hanya mengatakan bahwa ada kemungkinan dia kena serang stroke.

Di situ Lalu saya membantu dia cuci muka dan lainnya. Setelah selesai aku membantunya untuk berganti pakaian. Lalu saya mengatakan kepadanya kalau saya akan membawanya ke rumah sakit.

Awalnya dia ngotot mau pergi dengan menggunakan motor, saya bilang kalau kondisi dia sudah tidak memungkinkan untuk mengendarai motor dan itu terbukti, untuk berdiri dan mengangkat tangan saja dia sudah tidak bisa.

Akhirnya kami pergi dengan mencarter angkot, karena kebetulan lokasi rumah kami berada di dalam kompleks yang agak jauh dari jalan raya. Dan transportasi utama angkot itu juga ada cuma di waktu tertentu seperti jam sekolah.

Alhamdulillah banget kami sampai di Rumah Sakit tidak kurang dari 1 jam. Begitu sampai saya langsung membawanya ke UGD, dan Alhamdulillah lagi langsung mendapat penanganan tanpa harus menunggu proses administrasi dulu.

Kata dokter yang menangani, suami saya mengalami penyumbatan pembuluh darah karena kolesterol. Beruntung sekali dia mendapat penanganan cepat sehingga untuk recoverynya lebih mudah.

Dari pengalaman sebelumnya yaitu waktu mengurus kakeklah yang membuat saya tahu bila orang yang terkena stroke harus segera mendapat penanganan kurang dari 4,5 jam. Masa 4,5 jam tersebut kenal dengan nama masa Periode Emas.

Katanya sih kalau pasien stroke mendapat penanganan tidak melebihi masa periode emas tersebut, kemungkinan untuk bisa terhindar dari kondisi terburuk.

Setelah dirawat dan keluar dari rumah sakit ternyata suami saya tidak serta merta dianggap sembuh, karena dia harus melakukan beberapa terapi seperti, speech terapi, latihan keseimbangan dan lain sebagainya. Waktu itu saya sengaja bergabung dalam kelompok Stroke Awareness biar bisa lebih maksimal dalam merawat dan membantu kepulihan mantan suami.

Hari Stroke Sedunia

Bertahun-tahun ngurusin orang Stroke, tapi baru tahu loh kalau tanggal 29 Oktober ternyata diperingati sebagai hari Stroke sedunia. Wkwkwk ...

Nah, dalam rangka memperingati hari Stroke tersebut, Kememkes mengadakan sosialisasi tentang pentingnya mencegah terjadinya stroke kepada para blogger.


Tema Hari Stroke Sedunia kali ini mengambil tema Don’t Be The One, sedangkan untuk tema nasional Otak Sehat, SDM Unggul. Hari Stroke di peringati sebagai cara untuk menggugah kesadaran masyarakat agar bisa melakukan perilaku hidup sehat.

Dalam acara temu Blogger tersebut hadir dua pembicara, yaitu dr. Cut Putri Arianie, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan dr. Al Rasyid, Sp.S(K), Sekretaris Pokdi Stroke dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi).

Gejala Stroke

Pada pemaparan materinya, dr. Cut mengatakan, stroke menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya. Data menunjukkan 1 dari 4 orang mengalami stroke, padahal sesungguhnya stroke dapat dicegah.


"Penyakit Kardioserebrovaskuler seperti stroke dan penyakit jantung koroner dapat dicegah dengan mengubah perilaku yang berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat dan obesitas, kurang aktivitas fisik serta mengkonsumsi alkhohol," jelas dr. Cut.

Data Riskesdas 2013 prevalensi stroke nasional 12,1 permil, sedangkan pada Riskesdas 2018 prevalensi stroke 10,9 permil, tertinggi di Provinsi Kalimantan Timur (14,7 per mil) sementara terendah di Provinsi Papua (4,1 per mil).

BPJS Kesehatan mendata, tahun 2016 Stroke menghabiskan biaya pelayanan kesehatan sekitar Rp1,43 Trilyun, tahun 2017 naik menjadi Rp2,18 Trilyun dan tahun 2018 mencapai Rp2,56 Trilyun rupiah.

Ada beberapa gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang perlu diketahui, diantaranya;
  • Senyum tidak simetris, atau moncong ke satu sisi, tersedak, dan sulit menelan air minum secara tiba-tiba.
  • Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, biasanya tubuh bagian kanan.
  • Tiba-tiba tidak dapat berbicara, kata-katanya tidak dimengerti atau pelo dan bicara tidak nyambung.
  • Kebas atau baal, dan kesemutan separuh badan.
  • Rabun, pandangan satu mata kabur terjadi tiba-tiba.
  • Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya. Gangguan fungsi keseimbangan seperti terasa berputar dan gerakan sulit dikoordinasi.
Nah, bila gejala tersebut muncul, maka segeralah ke rumah sakit. Jangan menunda waktu. Usahakan tidak melebihi periode emas, yaitu 4,5 jam pasca terserang stroke.

Dr. Cut mengungkapkan, jika Kementerian Kesehatan berharap, agar para Blogger yang hadir dapat menjadi agen perubahan bagi masyarakat dalam berperilaku hidup sehat melalui tulisan dan cuitanya di Twitter. Terutama dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular, sehingga masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang sehat dan berkualitas.

Masyarakat juga diharapkan lebih berdaya dan produktif melalui kesiapsiagaan dan berperilaku hidup sehat. Mempermudah akses pelayanan kesehatan yang lancar dan baik, serta keterlibatan semua pihak dalam pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit kardioserebrovaskular sejak dini.

Periode Emas

Stroke merupakan penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya usia yang semakin meningkat, jantung koroner, diabetes mellitus, dan hipertensi.

Untuk menyelamatkan seseorang yang terserang stroke secara mendadak, pasien perlu secepatnya mendapatkan penanganan medis sebelum 4,5 jam. Masa waktu 4,5 jam ini adalah periode emas di mana disinyalir mampu mengurangi risiko kematian dan kecacatan permanen pada si penderita. Selain itu pasien juga perlu melakukan CT Scan agar diketahui jenis strokenya.


Sekretaris Pokdi Stroke dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) dr. Al Rasyid, Sp.S(K) pada kesempatannya mengatakan tentang pentingnya tatalaksana yang optimal pada fase akut stroke, di mana hal tersebut akan menentukan proses perbaikan pasca stroke dan mengurangi kecatatan.

"Tata laksana pada fase akut yang tepat akan memberikan dampak yang baik, namun harus diiringi dengan alat yang baik dan praktis," jelasnya.

Dr. Al Rasyid menyarankan bagi penderita stroke untuk selalu melakukan cek kesehatan. Deteksi dini faktor risiko dan promosi hidup sehat perlu digalakkan agar memperkecil kejadian stroke. Jika sudah terlambat maka penanganan akan semakin sulit.
“Langkah pencegahan begitu penting, juga menerapkan gaya hidup sehat adalah kunci untuk mencegah berbagai penyakit, termasuk stroke,” tambah dr. Al Rasyid.
Penderita stroke itu bisa pulih tapi tidak bisa sembuh total, seperti kasus mantan suami, dia hingga saat ini dia masih tetep harus kontrol ke dokter dan masih mengkonsumsi beberapa obat-obatan yang katanya tidak bisa di stop seperti obat darah tinggi dan penurun kolesterol.

Dan Alhamdulillahnya sudah lebih dari 9 tahun dia tidak mengalami stroke ke dua dan seterusnya karena setelah sakit saya menjaga ketat pola makannya.

Satu yang tidak pernah orang tahu, merawat pasien stroke berlipat-lipat lebih cape daripada merawat pasien penyakit lain, terutama dalam hal mengahadapi perubahan emosinya.

Pengalaman saya selama merawat pasien stroke membuat saya waspada untuk membiasakan diri untuk hidup sehat, terlebih saya memiliki orang tua yang memiliki riwayat diabetes. Yuk cegah stroke dengan pola hidup sehat. 

Komentar