Mengingatmu adalah sebuah kekosongan gulita yang ingin aku hindari.
Aku ingin berhenti. Aku tidak ingin hancur bersama rindu yang tak bertepi. Namun rasa ini tak mau tahu, benakku selalu menyebut namamu, seperti mantra yang meruncing, melesat bagai anak panah, pecah dalam sunyi lalu kembali menusuk ulu hati.
Entah bagaimana caranya agar suaraku bisa terdengar sedangkan kau tetap bergeming dalam bisu dan tuli yang kau ciptakan sendiri.
Sebentar saja, tolehkan mata merahmu dari arakan awan mendung, buang pandangan itu ke arahku. Rasakan detak dan hangat nafasku.
Aku ada. Masih ada dan selalu ada meski kayuhanku telah terhenti. Aku diam bukan menyerah, namun ombakmu terlalu tinggi menghantamku.
#Pagidi19November2016
semangat terus nulisnya, udah enak dibaca btw
BalasHapussalam
gabrilla
Sore gini baca puisimu, syahdu mbaaak.
BalasHapusSalam,
Shera.
Makasih
HapusPas banget lagi ngerasain dan belakangan ini kebayang satu nama, duh duh duh :'D
BalasHapusSalam,
Senya
Hehehe
Hapus