Saat Blogger Menjadi #SahabatJKN

Tak dapat dipungkiri masalah kesehatan di Indonesia, terutama di daerah terpencil, masih merupakan masalah yang sangat pelik dan perlu penanganan dengan segera.

Kendala terbesar dalam penanganannya adalah, medan yang sulit dijangkau serta kurangnya tenaga medis. Menurut sebuah survei, ratio dokter dan penduduk adalah 33:100.000 jiwa.

Di latar belakang oleh berbagai masalah tersebut, pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan RI, memfokuskan diri pada program penguatan pelayanan kesehatan (Yankes) primer. Prioritas ini berdasarkan pada permasalahan kesehatan yang sangat mendesak, diantaranya seperti, angka kematian ibu dan anak yang masih tinggi, angka gizi buruk, serta angka harapan hidup yang sangat di tentukan oleh kualitas pelayanan primer.


Pelayanan kesehatan primer itu meliputi tiga hal, yaitu:
1. Fisik (pembenahan infrastruktur)
2. Saran (pembenahan fasilitas)
3. Sumber daya manusia (penguatan tenaga kesehatan selain dokter)
   
Dalam upaya untuk merealisasikan dan mewujudkan fokus  kebijakan yang akan berlangsung dari tahun 2015 - 2019 ini, Kemenkes meluncurkan sebuah program yang bertujuan untuk memperkuat layanan kesehatan primer tersebut, melalui peningkatan jumlah, sebaran, komposisi dan mutu tenaga kesehatan dengan sistem tim,  dimana melibatkan dokter, bidan, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Program ini di sebut Nusantara Sehat.

Program ini merupakan program lintas Kemenkes yang fokus tidak hanya pada kegiatan kuratif tapi juga promotif dan preventif untuk meningkatkan dan mengamankan kesehatan masyarakat dari daerah yang paling membutuhkan. Sesuai dengan Nawa Cita "Membangun Dari Pinggiran."

Mungkin untuk sebagian orang program ini terasa asing dan belum familiar, begitupun bagi saya sebelum menghadiri undangan acara dari Kemenkes pada tanggal 13 Oktober 2015 kemarin.

Di acara yang bertajuk Temu Blogger #SahabatJKN ini, saya dan teman-teman yang hadir mendapat penjelasan apa itu Nusantara Sehat, dari beberapa narasumber diantaranya, drg Murti Utami, MPH  selaku Ka Puskomblik Depkes, Kang Maman, seorang pakar komunikasi publik, ustad dan penulis best seller, Diah Suminarsih, founder of CISDI_ID, Pencerah Nusantara, dan psikolog, serta Eyang Anjari Umarjianto selaku moderator kecenya. 

drg. Murti Utami, MPH

Program Nusantara Sehat ini mengadopsi sistem Pencerah Nusantara, sebuah inisiatif lintas sektoral yang di prakarsai oleh Kantor Urusan Khusus Presiden untuk Millennium Development Goal (KUKP-RI MDGs), di mana menggabungkan tenaga kesehatan, masyarakat, sukarelawan, pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat dan pemuda dalam upaya memperkuat sistem pelayanan kesehatan primer di Indonesia, terutama di daerah tertinggal. 

Dan Kemenkes berharap program Nusantara Sehat ini bisa menjadi mekanisme efektif untuk memperkuat Yankes primer di daerah tertinggal, perbatasan serta kepulauan terpencil.

"Mungkin tidak pernah terbayang oleh kita, kalau di negara ini masih ada orang yang harus menempuh perjalanan berhari-hari hanya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan," jelas Diah Suminarsih. "Kita memang tidak bisa memecahkan semua persoalan kesehatan di negeri ini, tetapi setidaknya kita bisa membawa potretnya keluar, sehingga lebih banyak lagi yang bisa melihat dan membantu," lanjut Psikolog muda ini.

Kang Maman, Diah Suminarsih dan eyang Anjari

Dan di sini, Kang Maman mengingatkan kita kembali pada sumpah Hipokrates, 'bekerja untuk kemanusiaan'." Kadang cinta itu perlu ditantang, dan saat inilah kamu ditantang untuk membuktikan cintamu pada negri ini," ungkap pria yang sering muncul di acara stand up comedy ini.

Memang tidak mudah untuk menjadi relawan, setelah mendaftar kita akan melalui beberapa tahapan, dari tes tertulis hingga tes psikologis. Mereka yang lolos seleksi merupakan peserta yang memiliki kemampuan bersosialisasi dan berkomunikas yang baik, memiliki inisiatif dan mampu mengambil keputusan yang tepat serta berkomitmen terhadap tanggung jawab yang disepakati.

Peserta program adalah para tenaga profesional kesehatan yang berusia di bawah 30 dan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia selama 2 tahun. Pendaftaran bisa dilakukan secara online melalui situs resmi Nusantara Sehat, atau mendatangi panitia pendaftaran program di Kemenkes.


Saat ini telah terdaftar 960 tenang kesehatan yang akan dikirim secara simultan ke 120 puskesmas di 44 kabupaten di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK).

Setiap tim terdiri dari 9 orang tenaga profesional seperti, dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga gizi, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat.

Saat acara berlangsung kita diberi kesempatan untuk mendengarkan percakapan Bapak Anjari dengan Putri, salah satu relawan yang di kirim ke daerah Kalimantan Timur.

Dia menceritakan bagaimana kendala yang dihadapi saat melakukan perjalanan pelayanan, salah satunya harus menggunakan ketingting (perahu kecil), yang kadang ngadat di tengah perjalanan. Dan masih banyak lagi cerita mengharukan namun dihadapi dengan senang hati oleh mereka. Maka tak salah kalau mereka di beri gelar Pahlawan.

Tenaga kesehatan yang masih sangat minim peminatnya adalah dokter umum, buat yang memiliki kenalan atau saudara dokter muda, boleh di colek-colek sedikit, siapa tahu tergerak hatinya untuk ikut berpartisipasi.
Seperti kata Kang Maman, "Blogger bisa sangat membantu program ini dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat umum, apa itu Nusantara Sehat."

Dan saya sebagai Blogger pemula yang tidak bisa menjadi relawan dikarenakan umur dan background pendidikan yang tidak memadai, meski ingin sekali bisa mengabdi, hanya bisa mendukung program pemerintah ini dengan menjadi #SahabatJKN, dan berbagai lewat tulisan dan doa, semoga coretan saya bermanfaat dan bisa menggugah hati para pembacanya untuk ikut berpartisipasi dalam program Nusantara Sehat ini.

"Di saat negara memanggilmu inilah jawaban anak mudanya yaitu menjadi relawan, " Diah Suminarsih.

Yuk cek informasi di www.nusantarasehat.kemkes.go.i
@Nusantara_Sehat
http://facebook.com/Nusantara Sehat

Komentar